IDEALIS DAN REALIS
Pertarungan antara keseharusan melawan kenyataan

Pernah ada seorang guru bertanya kepada saya, Dimana kamu studi sekarang? saya jawab: Di Ushuluddin Perbandingan Agama. Segera beliau menimpali: Mengapa kamu mengambil jurusan itu, tidak ada tempat di masyarakat bagi lulusan-lulusan dari jurusan seperti itu. Karena beliau adalah guru saya, maka saya timpali dengan merendah, Saya studi bukan untuk bekerja, tetapi murni menuntut ilmu. BEliau berkata lagi:Mungkin sekarang kamu masih bisa idealis, tetapi nanti ketika sudah lulus, kamu akan dibentur pada kehidupan dan akan mengikuti kenyataan.

Pembaca yang budiman, dalam memandang kehidupan ini memang secara garis besar orang dapat kita kelompokkan pada tiga golongan besar:Idealis, Realis/pragmatis dan hedonis. Orang yang berprinsip hedonis akan selalu menempatkan kesenangan dan hura-hura dalam setiap aktivitasnya, sedangkan realis/pragmatis cenderung ingin mencari hasil nyata dalam jangka pendek pencariannya. kelompok yang disebut pertama adalah kelompok orang yang selalu terikat nilai dasar dan apa-apa yang seharusnya (Das Solen) dilakukan.

Tidak dapat kita pungkiri, kenyataan di masyarakat menunjukkan bahwa kehidupan ini berjalan seolah menuruni grafik yang arahnya ke bawah--seperti digambarkan oleh Giddens dengan analogi Juggernaut. salah satu penyebabnya menurut saya adalah orang tidak lagi memperhatikan idealismenya ketika dalam kehidupan mereka dibenturkan pada kenyataan yang lain dengan apa yang mereka inginkan. dengan mudahnya dan menuruti keinginan untuk mendapatkan hasil secepatnya tanpa susah-susah serta tidak mau mengambil resiko dalam kehidupan adalah salah satu alasan orang meninggalkan idealisme.

Jika semua orang sudah tidak perduli pada idealisme yang notabenenya mengusung penghargaan terhadapa nilai-nilai dasar dan kebenaran (tergantung dari idealisme apa yang dimaksud) maka tidak akan ada sesuatu kebenaran pun yang dapt eksis di dunia ini.